(Review) Malam Ini Aku Akan Tidur di Matamu Karya Joko Pinurbo
Judul : Malam Ini Aku Akan Tidur di
Matamu
Penulis : Joko Pinurbo
Penerbit : Kompas Gramedia
Tahun
Terbit : November, 2018
Cetakan : Ke-3
Tebal : vii + 127 Halaman
ISBN : 978-602-375-631-5
Joko Pinurbo alias Jokpin lahir di
Palabuhanratu, Sukabumi, Jawa Barat, 11 Mei 1962, tinggal di Yogyakarta.
Menyelesaikan pendidikan terakhirnya di Institut Keguruan dan Ilmu Pendidikan
(sekarang Universitas) Sanata Dharma Yogyakarta. Kegemarannya mengarang puisi
ditekuninya sejak di Sekolah Menengah Atas.
Atas
pencapaiannya, Jokpin telah memperoleh berbagai penghargaan: Penghargaan Buku
Puisi Dewan Kesenian Jakarta (2001), Sih Award (2001), Hadiah Sastra Lontar
(2001), Tokoh Sastra Pilihan Tempo (2001, 2012), Penghargaan Sastra Badan
Bahasa (2002, 2014), Kusala Sastra Khatulistiwa (2005, 2015), South East Asian
(SEA) Write Award (2014).
Penyair yang
bermukim di Yogyakarta ini sering diundang ke berbagai pertemuan dan festival
sastra. Karya-karyanya telah diterjemahkan antara lain ke dalam bahasa Inggris,
Jerman,
dan Mandarin. Sejumlah puisinya juga telah
dimusikalilasi antara lain oleh Oppie
Andaresta dan Ananda Sukarlan.
Puisi-puisi
Jokpin merupakan perpaduan narasi, humor, dan ironi. Ia piawai menggunakan dan mengolah citraan yang mengacu
pada peristiwa dan objek sehari-hari dengan bahasa yang cair tapi tajam.
Puisi-puisinya banyak mengandung refleksi dan kontemplasi yang menyentuh
absurditas sehari-hari. Di sisi lain, Jokpin gemar mempermainkan dan
mendayagunakan keunikan kata-kata bahasa Indonesia sehingga banyak puisinya
hanya dapat dibaca dan dinikmati dalam bahasa Indonesia.
Berikut ini
merupakan karya-karya beliau yang telah diterbitkan, diantaranya adalah Celana,
IndonesiaTera, Magelang, 1999; Di Bawah Kibaran Sarung, IndonesiaTera,
Magelang, 2001; Pacarkecilku, IndonesiaTera, Magelang, 2002; Telepon
Genggam, Kompas, Jakarta, 2003; Kekasihku, Kepustakaan Populer
Gramedia, Jakarta, 2004; Pacar Senja: Seratus Puisi Pilihan, Grasindo,
Jakarta, 2005; Kepada Cium, Gramedia Pustaka Utama, Jakarta, 2007; Celana
Pacarkecilku di Bawah Kibaran Sarung, Gramedia Pustaka Utama, Jakarta, 2007;
Tahilalat, Omahsore, Yogyakarta, 2012; Haduh, aku di-follow,
Kepustakaan Populer Gramedia, Jakarta, 2013 [kumpulan puitwit [puisi-twitter]
@jokopinurbo]; Baju Bulan: Seuntai Puisi Pilihan, Gramedia Pustaka
Utama, Jakarta, 2013; Bulu Matamu: Padang Ilalang, Motion Publishing,
Agustus 2014; Surat Kopi, Motion Publishing, Agustus 2014; Surat dari
Yogya: Sepilihan Puisi, Reboeng dan Elmatera, Oktober 2015; Selamat
Menunaikan Ibadah Puisi: Sehimpun Puisi Pilihan, Gramedia Pustaka Utama,
Juni 2016; Malam Ini Aku Akan Tidur Di Matamu: Sehimpun Puisi Pilihan,
Gramedia Widiasarana Indonesia, Agustus 2016; Buku Latihan Tidur: Kumpulan
Puisi, Gramedia Pustaka Utama, Juli 2017; dan Srimenanti, Gramedia
Pustaka Utama, April 2019.
Malam Ini Aku Akan Tidur di Matamu merupakan
judul dari antologi puisi karya Joko Pinurbo. Di dalamnya terdapat sehimpun puisi
pilihan yang berjumlah 79 puisi yang berjudul Padang
Ilalang, Ranjang
Kematian, Perjalanan
Pulang, Penyanyi yang
Pulang Dinihari, Perginya
Zarah, Ranjang Putih,
Boneka 1, Boneka 2,
Boneka 3, Gadis Malam
di Tembok Kota, Sedekah,
Rok Mini
untuk Nenek, Aku Tidur di
Remang Tubuhmu, Aku Tidur di
Remang Tubuhmu, Kosong,
Malam Ini Aku Akan Tidur di Matamu, Surat dari
Yogya, Pemulung Kecil, Duel, Poster
Setengah Telanjang, Tuhan Datang
Malam Ini, Dari Raden
Ajeng Kartini untuk Maria Magdalena Pariyem, Ziarah,
Taman,
Bercukur
sebelum Tidur, Pulang Mandi,
Pohon
Perempuan, Tetangga,
Perempuan
Senja, Obituari
Bambang, Ronda,
Serdadu, Mata Air,
Anjing, Mandi,
Tiada, Dokter Mata, Panta Rei, Rumah Horor, Kambing Hitam,Terang Bulan,
Angkringan, Kepada Helen Keller, Embun, Orang Gila Baru, Penyair Muda, Malam
Minggu, Cenala, Baju Baru, Kedai Minum, Piano, Rumah Boneka, Kacamata, Tangan
kecil dan Ingatan.
Dalam antologi ini banyak
judul yang menarik seperti Perjalanan
Pulang, Tiada, Surat Dari Yogya
dan Kepada Mata. Banyak
tema dari puisi yang ada di antologi ini, cinta, kasih sayang seorang anak
terhadap ibunya pun juga sebaliknya, keluarga, kritik terhadap pemerintahan,
tentang sahabat, masa lalu, perjuangan, kemiskinan, dan hal-hal umum yang
sering kita alami dalam hidup. Kamu tidak akan pernah tahu puisinya bercerita
tentang apa jika kamu tidak menyelesaikan semua bait puisi yang disajikannya.
Gayanya yang lugas-keras kritis, namun menyimpan empati ditiap kata-katanya.
Salah satu puisi yang benar-benar dapat saya pahami adalah Selamat Tidur. Puisi ini ditulis di tahun
2003 ajaibnya amat sangat sesuai sekali dengan kondisi sekarang. Temanya biasa,
tapi sindirannya amat terasa.
Selamat
Tidur
Telepon genggam mau tidur. Capek.
Seharian bermain monolog. Banyak
peran.
Konyol. Enggak nyambung.
Paling pusing bicara dengan bahasa
siluman.
Serba akronim dan singkat.
Maunya hemat waktu. Enggak hemat
pikiran
dan perasaan. Sok cerdas. Pemalas.
Paling seru bisa ngakak-ngakak sendirian.
Ha-ha-ha. Atau mengumpat. Bangsat.
Brengsek. Asu. Gombal. Rasain.
Mampus.
Paling berat bikin rayuan. Aduh
cakepnya.
Pinjam senyumanmu dong. Mabuk yuk.
Sip.
Paling senang sebelum tidur bisa
memainkan
beragam musik yang semuanya
sesungguhnya
hanya variasi suara tangisan seorang
bayi.
Beethoven, telepon genggam mau
tidur.
Boleh dong pinjam telingamu yang
tuli
untuk menampung bunyi.
(2003)
Komentar