(Review) Kumpulan Cerpen Sepotong Senja untuk Pacarku Karya Seno Gumira Ajidarma
Judul :
Sepotong Senja untuk Pacarku
Penulis : Seno Gumira Ajidarma
Penyelia Naskah : Mirna
Yulistianti
Penerbit :
Gramedia Pustaka Utama
Tahun Terbit :
Cetakan keenam cover baru, Mei 2019
Halaman : 207
ISBN :
978-602-03-1903-2
Seno Gumira Ajidarma
adalah seorang penulis dari generasi baru sastra Indonesia. Beliau lahir di
Boston, Amerika Serikat pada tanggal 19 Juni 1958. Putra dari Prof. Dr. M.S.A
Sastrimidjojo, seorang guru besar FMIPA UGM. Beliau telah menulis beberapa buku,
antara lain Atas Nama Malam, Wisanggeni – Sang Buronan, Biola Tak Berdawai,
Kitab Omong Kosong, Dilarang Menyanyi di Kamar Mandi, Negari Senja, dan
Sepotong Senjan untuk Pacarku.
Selain menulis, Beliau
juga bekerja sebagai wartawan, fotografer, dan kritikus film Indonesia. Seno
menjadi seniman karena terinspirasi oleh Rendra yang santai, bisa bicara,
hura-hura, nyentrik, dan rambut boleh gondrong. Beliau juga sudah mendapatkan
beberapa penghargaan, salah satunya yaitu penghargaan SEA Write Award pada
tahun 1987. Kesibukan Seno saat ini adalah membaca, menulis, memotret,
jalan-jalan, selain bekerja di Pusat Dokumentasi Jakarta-Jakarta. Sekarang Seno
menjadi Rektor di Institut Kesenian Jakarta sejak 2016 dan tetap menjadi dosen
di Fakultas Film dan Televisi dan
Sekolah Pasca Sarjana IKJ, ISI Surakarta, dan UI.
Buku Sepotong Senja
untuk Pacarku merupakan kumpulan dari beberapa cerpen. Dalam buku ini
dibagi menjadi tiga bagian di mana bagian pertama menceritakan tentang Trilogi
Alina, yaitu mengenai kisah laki-laki yang ingin mengirimkan sepotong senja
untuk pacarnya yang jauh di sana melalui tukang pos dan sepotong senja itupun
dimasukkan ke dalam amplop. Dalam Trilogi Alina tersebut dibagi lagi menjadi
tiga cerita yaitu cerita pertama tentang bagaimana laki-laki itu mengirimkan
sepotong senja untuk pacarnya. Cerita kedua yaitu jawaban Alina terhadap amplop
surat yang berisikan sepotong senja dari Sukab . Dan cerita terakhir dalam
Trilogi Alina ini yaitu mengenai tukang pos yang membawakan amplop surat dari
Sukab kepada Alina. Dalam cerita tukang pos tersebut diceritakan bahwa amplop
surat yang berisikan sepotong senja dari Sukab untuk Alina baru diterima Alina
dalam waktu 10 tahun karena tukang pos itu masuk dan terjebak dalam amplop itu.
Diceritakan pula bahwa waktu tidak berjalan di dalam amplop tersebut.
Bagian kedua yaitu
tentang Peselancar Agung. Dalam bagian Peselancar Agung ini terdiri dari tiga belas
cerita mengenai sebuah kota di tepi pantai di mana pelangi tidak pernah memudar
dan diceritakan dengan pembahasan yang beragam seperti Ikan Paus Merah,
Kunang-Kunang Mandarin, Anak-Anak Senja, Mercusuar, dan lainnya dimana semua
cerita ada hubungannya dengan senja.
Lalu bagian terakhir
berjudul Atas Nama Senja dimana dalam bagian ini terdiri dari tiga cerita yaitu
Senja di Pulau Tanpa Nama, Perahu Nelayan Melintas Cakrawala, dan Senja di Kaca
Spion.
Dari banyak cerita
dalam buku ini, ada beberapa yang sangat menarik perhatian salah satunya yaitu
bagian Peselancar Agung dengan judul cerpen Kunang-Kunang Mandarin dimana dalam
cerita tersebut Sukab membuat peternakan Kunang-Kunang di kota di tepi pantai
di mana pelangi tidak pernah memudar. Kunang-kunang itu dijual kepada turis-turis
yang berkunjung ke kota itu, karena setelah ada suatu kejadian dimana
orang-orang Mandarin di bantaisampai habis tanpa sisa. Saat itu pula untuk
pertama kalinya pelangi memudar dan menghilang di kota itu. Namun, setelah
orang-orang di kota itu menyesali dan bertobat, pelangi muncul kembali.
Cerita pembantaian
orang-orang Mandarin itu yang membuat Sukab tertarik untuk tinggal di kota itu.
Ia suka menaiki bukit tempat orang-orang Mandarin itu di kuburkan dan
disanalahia melihat seribu kunang-kunang. Sukab berpikir kalau kunang-kunang
itu berasal dari potongan kuku orang-orang Mandarin yang dikuburkan. Pada suatu
hari, seorang mandarin dating sendirian ke kota itu, ia seorang sarjana yang
ingin tahu tentang riwayat bangsanya. Tapi ia merasa dibodoh-bodohi oleh Sukab,
ia tidak percaya bahwa kunang-kunang bisa diternakkan dan konyolnya
kunang-kunang tersebut berasal dari kuku orang mandarin yang dikubur.
Dalam buku ini terdapat
keunikan yaitu teks di atas judul-judul dengan penulisan bahasa zaman dahulu
yang lumayan menarik perhatian untuk mengetahui apa pembahasan cerita di
dalamnya. Terdapat pula pada cover belakang buku yang menusuk ke hati yaitu
sebuah e-mail ucapan terima
kasih dari seorang perempuan kepada penulis (Seno Gumira Ajidarma) mengenai
senja yang dibicarakan dalam buku ini. Buku ini menarik perhatian sang
perempuan karena ternyata Ia mengalami rabun senja sejak berusia 10 tahun dan
akhirnya dengan kehadiran buku "Sepotong Senja untuk Pacarku" karya
Seno Gumira Ajidarma, Ia dapat menikmati senja yang sedemikian indah dalam
cerita-cerita Seno.
Buku ini tidak tipis
dan tidak begitu tebal, dengan ukuran tulisan yang pas dan enak untuk dibaca
serta ringan untuk dibawa ke mana-mana. Kumpulan enam belas cerpen ini pun
bercerita tentang hal-hal yang mungkin ada dalam imajinasi Seno dan setiap
cerita selalu berhubungan dengan senja itu sendiri. Buku ini juga menyampaikan
banyak pesan moral yang dapat bermanfaat untuk para pembaca.
Salah satu inti dari
sekian pesan yang dapat diambil yaitu dari alasan Sukab memberikan sepotong
senja untuk pacarnya dimana Ia berkata bahwa orang-orang sibuk berkata-kata
tanpa mendengar kata-kata, yang dimaksudkan zaman sekarang orang-orang hanya
banyak bicara tanpa ingin mendengarkan orang lain. Dan terakhir terdapat pula
pesan dari Peselancar Agung dimana semua orang percaya bahwa Ia dapat terbang
di atas pantai ketika senja tiba padahal Ia hanya tukang bual. Diartikan bahwa
masih banyak orang percaya dengan kata-kata orang lain yang sebenarnya Ia tidak
mengatakan kebenaran dan pendengar tidak pernah tau kebenarannya, seperti pada
saat ini orang dengan mudahnya percaya pada berita-berita hoax.
Komentar